Senin, 02 Juni 2014

Montir Montir Cantik



 

Saya ingin menceritakan suatu pengalaman unik saat saya berlibur ke kota tempat paman saya tinggal, Malang. Kejadiannya kira-kira dua minggu yang lalu. Hari Minggu itu keluarga paman yang terdiri dari paman, bibi dan ketiga anak laki-lakinya yang masih remaja mengajakku pergi ke suatu kota kecil dekat Malang, yaitu Batu. Daerah itu terkenal karena buah apelnya dan hawanya cukup dingin. Kami berenam naik mobil Panther kesayangan saya.

Perjalanan kami saat itu cukup menyenangkan. Kami ngobrol kesana kesini tentang keadaan kota kecil yang akan kami datangi. Sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bahwa mobil Panther yang saya kendarai itu bakal membuat masalah. Dan benar saja, sepuluh menit sebelum kami tiba di Batu, mobil itu mogok. Paman dan anak-anaknya berusaha mendorong dari belakang dengan sekuat tenaga. Sementara Bibi duduk dalam mobil itu dengan raut wajah cemas.

Seperempat jam mobil itu belum juga dapat dinyalakan mesinnya. Walaupun dibantu oleh beberapa orang tukang becak, namun si Panther masih juga mogok. Akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke bengkel yang tidak jauh dari tempat itu. Sementara itu keluarga Paman akhirnya pulang kembali ke Malang dengan naik angkutan umum yang lewat di sana.

Mobil yang dipaksa didorong itu akhirnya sampai juga di depan bengkel. Bengkel itu disebut BENGKEL TIARA oleh penduduk setempat, menurut mereka TIARA itu singkatan dari TIDAK ADA PRIA. Setelah kuperhatikan, ternyata semua montirnya, walau berseragam montir yang berlepotan oli, adalah para wanita muda yang cantik dan sexy. Mereka terlihat ramah dan senang diajak ngobrol. Kasirnya juga seorang wanita. Jadi sama sekali tidak ada pegawai pria di sana. Hebat juga ya? Melihat kenyataan itu, pikiran isengku muncul.

Kebetulan mobil Pantherku mereka tarik ke ruang dalam bengkel yang sunyi senyap dan tertutup. Dua orang montir cantik ditugaskan untuk menangani mobil itu. Saat mereka tengah memeriksa bagian depan mobil Panther tempat mesinnya berada, dengan sengaja kujulurkan kedua tanganku ke arah pantat mereka. Mereka sedang berdiri menunduk untuk memeriksa mesin mobil. Perlahan kuraba pantat mereka dengan pelan. Tidak ada reaksi. Karena kelihatannya mereka tidak keberatan, lalu kuremas-remas pantat mereka berdua. Nah kali ini mereka menoleh.

"Mas... tangan Mas nakal deh... kalo mau yang lebih enak, tunggu ya. Begitu kami selesai menservis mobil ini, pasti yang punya mobil akan kami servis juga. Jangan kuatir deh.., kami ahlinya dalam menservis dua-duanya. Ha-ha-ha-ha..." ujar salah seorang montir cantik yang belakangan kuketahui bernama Gita sambil tersenyum genit.
Aku kaget bukan kepalang. Nah ini dia yang kucari. Jarang lho ada bengkel seperti ini. Ternyata apa yang dijanjikan Gita ditepati mereka berdua. Saat itu juga aku diajak ke lantai atas di sebuah rumah di belakang bengkel besar itu. Di sana ada beberapa kamar yang dilengkapi dengan perlengkapan tidur dan perlengkapan mandi yang serba moderen. Begitu mewah dan mentereng tempatnya. Jauh sekali perbedaannya bila dibandingkan dengan bengkel di depannya.

Kedua cewek montir tadi (seorang lagi bernama Tutut), saat aku terperangah menatap ruangan kamar itu, tiba-tiba entah dari mana muncul dengan hanya mengenakan pakaian minim. Alamaak..! Hanya BH dan celana dalam tembus pandang yang menutupi tubuh seksi mereka. Aku tidak menyangka bahwa tubuh mereka yang tadinya terbungkus seragam montir berwarna biru muda, begitu sexy dan montok. Buah dada mereka saja begitu besar. Gita kelihatannya berpayudara 36B, dan Tutut pasti 38. BH yang menutupinya seperti tidak muat. Langsung saja si penis andalanku mulai mengeras. Tanpa menunggu waktu lagi, aku segera membuka pakaianku.

Setelah hampir semua baju dan celanaku terlepas, keduanya tanpa banyak bicara mendorongku supaya jatuh telentang di atas tempat tidur. Aku pun diserbu. Saat itu hanya tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku. Gita dengan ganasnya langsung menyerang bibir dan mulutku. Ciuman dan permainan lidahnya begitu menggebu-gebu, hampir saja aku tidak dapat bernafas dibuatnya. Tutut pun tidak kalah ganasnya. Tangannya langsung meraba-raba senjataku dari luar celana dalamku. Pelan tapi pasti rabaan dan remasannya itu membuatku menggelinjang hebat. Ia pun menjilati bagian penisku itu, terutama di bagian kepalanya.

Lalu dengan inisiatifnya sendiri, Tutut menurunkan celana dalamku. Maka si kecil pun langsung mencuat keluar, keras, tegak, dan besar. Tangan Gita langsung mengocok-ngocok penisku. Sementara Gita mulai terus menjilati buah zakar dan terus ke bagian pangkal penisku. Memang penisku tergolong besar dibandingkan ukuran rata-rata penis orang Indonesia, panjang 24 cm dan diameter 8 cm.

Kedua cewek montir itu sekarang bergantian menjilati, mengocok dan mengulum penisku seperti orang kelaparan. Aku sih senang-senang saja diperlakukan seperti itu. Sementara itu dengan leluasa kedua tanganku bergegas membuka pengait bra mereka berdua. Setelah penutup payudara mereka terbuka, tanganku mulai sibuk meremas-remas kedua gunung kembar mereka.

Beberapa menit kemudian, Tutut mulai membuka celana dalamnya. Lalu ia mengarahkan vaginanya ke mulutku. Oh aku mengerti. Kini gantian aku yang harus menghisap bagian liang kewanitaannya. Seumur hidupku sebenarnya aku belum pernah melakukannya. Aku takut karena baunya yang tidak sedap. Ternyata perkiraanku salah. Saat kuendus baunya, ternyata vagina si Tutut terasa amat wangi. Karena baunya menyenangkan, aku pun menjulurkan lidahku ke liang kemaluannya. Lidahku berputar-putar masuk keluar di sekitar vaginanya.

Sementara itu, Gita masih terus mengulum dan mengisap penisku. Kemudian tanpa dikomando, ia pun melepaskan CD-nya dan langsung duduk di atas perutku. Dengan lembut tangan kirinya meraih penis tegakku lalu pelan-pelan dimasukkannya ke dalam liang senggamanya.
"Bless... bless... bless..!" terdengar suara kulit penisku bergesekan dengan kulit vaginanya saat ia mulai turun naik di atas tubuhku.
Aku jadi merem melek dibuatnya. Kenikmatan yang luar biasa. Ia juga terlihat terangsang berat. Tangan kanannya memegang payudara kanannya sementara matanya terpejam dan lidahnya seperti bergerak keluar masuk dan memutar. Dari mulutnya terdengar suara erangan seorang wanita yang sedang dilanda kenikmatan hebat.

Rupanya si Tutut tidak mau kalah atau tidak dapat bagian. Ia mendekati Gita yang sedang bergerak dengan asyiknya di atas perutku. Gita pun mengerti. Ia turun dari perutku dan menyerahkan penisku kepada Tutut. Dengan raut wajah terlihat senang, Tutut pun duduk di atas penisku. Yang lebih gilanya lagi, gerakannya bukan saja naik-turun atau memutar, tapi maju mundur. Wah.., aku jadi tambah terangsang nih jadinya. Dengan sengaja aku bangkit. Lalu kucium dan kuemut payudara kembarnya itu.

Dua puluh menit berlalu, tapi 'pertempuran' 2 in 1 ini belum juga akan berakhir. Setelah Tutut puas, aku segera menyuruh keduanya untuk berjongkok. Aku akan menyetubuhi mereka dengan gaya doggy style. Konon gaya inilah yang paling disukai oleh para montir wanita yang biasa bekerja di bengkel-bengkel mobil bila ngeseks. Aku mengarahkan penisku pertama-tama ke liang kenikmatan Gita dan tanpa ampun lagi penis itu masuk seluruhnya.
"Bless! Jeb! Jeb..!"
Kepala Gita terlihat naik turun seirama dengan tusukanku yang maju mundur.

Tiba-tiba saja Gita memegang bagian kepala ranjang dengan kuatnya.
"Uh..! Uh..! Uh..! Aku mau keluar, Mas..!" erangnya dengan suara tertahan.
Rupanya ia orgasme. Lalu aku pun mencabut penisku yang basah oleh cairan kemaluannya Gita dan kumasukkan ke vagina Tutut. Perlu kalian tahu, vagina Tutut ternyata lebih liat dan agak sulit ditembus dibanding punyanya Gita. Mungkin Tutut jarang ngeseks, walau aku yakin betul kedua-duanya jelas-jelas sudah tidak perawan lagi.

Begitu penisku amblas ke dalam vagina Tutut, penisku seperti disedot dan diputar. Sambil memegang pantat Tutut yang amat besar dan putih mulus, aku terus saja maju mundur menyerang lubang kenikmatan Tutut dari belakang. Hampir saja aku ejakulasi dari tadi. Untung saja aku dapat menahannya. Aku tidak mau kalah duluan. Sepuluh menit berlalu, tapi Tutut belum juga orgasme. Maka kubaringkan dia sekali lagi, dan aku akan menusuk vaginanya dengan gaya konvensional. Seperti biasa, ia berada di bawahku dan kedua kakinya menjepit punggungku. Aku dapat naik turun di atas tubuhnya dengan posisi seperti segitiga siku-siku. Matanya merem melek merasakan kedahsyatan penis ajaibku.

Permainanku diimbangi dengan usahaku untuk mengulum puting payudaranya yang besar dan kenyal. Ternyata dengan mengulum payudara itu, spaningku semakin naik. Penisku terasa semakin membesar di dalam kemaluannya Tutut. Dan tiba-tiba.., sesuatu sepertinya akan lepas dari tubuhku.
"Crot..! Crot..! Crot..!" aku mengalami ejakulasi luar dahsyatnya.
Sebanyak dua belas kali semprotan maniku berhamburan di dalam vaginanya Tutut. Aku pun lemas di atas tubuhnya.

Saat aku sudah tertidur di atas kasur empuk itu, tanpa setahuku Tutut dan Gita cepat-cepat mengenakan pakaiannya kembali dan kemudian pergi entah ke mana. Lalu kudengar langkah seorang pria berjalan masuk ke kamar itu. Ia mendekati ranjang dan membangunkanku.
"Van.., bangun, Van..!" tangannya yang kekar terasa menggoyangkan punggungku yang telanjang.
Saat aku membuka mata, ternyata Paman!
"Lho, Paman.., bukankah Paman tadi udah pulang bersama Bibi dan adik-adik..?"

Ia menjawab sambil mengganggukkan kepala, "Benar, Ivan... kedua wanita tadi adalah pegawai-pegawai Paman sebenarnya... Mereka berdua Paman suruh men'servis' kamu karena Paman dan Bibi tidak sempat memberimu hadiah ultahmu ke 28 bulan yang lalu, jadi itu hadiahnya. Dan mengenai mobil Panther itu, Paman sengaja mengotak-atik kabel mesinnya, lalu kuajarkan si Sri Hadiyanti dan Regita Cahyani itu untuk membetulkannya. Anggap aja kejutan ya, Van... tapi kamu puas kan atas pelayanan mereka berdua? Jangan kuatir.., selama kau berada di sini, Paman mempersilakan kamu mengencani mereka sampai kamu bosan. Kebetulan kan tiap hari mereka masuk kerja. He-he-he-he..."

Wah.., pengalaman tidak terlupakan nih! Memang sejak itu, selama 15 hari aku berada di Malang dalam rangka libur semesteran kuliahku di Amerika, aku sepertinya tidak bosan-bosan melayani kencan seks kedua gadis seksi itu. Setiap kali kami selesai melakukannya, Gita selalu berkata, "Mas Ivan... kami belum pernah merasakan penis yang begitu hebat dan perkasa menerobos vagina kami.., biasanya kalo tamu Pamanmu, mereka baru 1 menit udah KO! Tapi kau kuat sekali... bisa sampai dua setengah jam... minum apa sih, Mas..?"
Setiap kali ditanya begitu, aku hanya tersenyum simpul dan menjawab, "Ada deh..."
Keduanya menatap keheranan.

TAMAT
 

Malam Jahanam








Aku tersadar dan menemukan diriku sudah terikat di kursi di ruangan tengah rumah peristirahatan di Puncak. Aku dan beberapa teman berserta istri mereka sedang ber-weekend di puncak. Istriku, Diah sedang kembali ke Jakarta mengambil beberapa keperluan yang tertinggal. Sedangkan aku sendiri baru pulang berjalan-jalan sendiri, sekitar pukul 7 malam ketika sebuah pukulan mendarat di kepalaku tepat ketika aku akan membuka pintu.

Di tengah ruangan ada dua orang berdiri mengawasiku. Yang satu berkulit penuh tato, dan yang satu berbadan kekar.
"Hei, lo sudah bangun. Bagus jadi lo bisa liat bagaimana kita mainin istri lo sekarang!" kata si Tato.
Diah! Diah akan pulang sebentar lagi. Hampir bersamaan, terdengar kunci pintu depan diputar dan Diah masuk ke ruang depan. Si Kekar langsung mendekati dia sebelum Diah sadar apa yang terjadi. Diah terkejut dan berusaha melepaskan pelukan si Kekar. Kakinya menendang-nendang. Tapi pelukan si Kekar tidak dapat dilepaskannya. Kemudian ia melihat si Tato, berdiri disampingku dengan pisau panjang di leherku.
"Diem atau dia mati!" katanya.
Diah langsung berhenti meronta-ronta. Sementara itu si Kekar sekarang menekuk tangannya ke belakang.
"Ka,kalian mau apa?"

Si Tato berjalan mendekati Diah tanpa menjawab. Kemudian ia menarik dan merobek t-shirt yang dikenakan oleh Diah. Nafas Diah tersentak ketika dengan cepat si Tato dengan pisaunya melucuti BH dan celana jeans yang dikenakannya. Sekarang Diah berdiri di tengah ruangan hanya dengan memakai celana dalamnya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, demikian juga dengan tubuhnya yang putih mulus, tidak tertutup selembar benangpun. Diah baru berumur 25 tahun, dan kami baru menikan 3 bulan yang lalu.
"Ampun, jangan.." Diah meronta sambil memandangku putus asa.
"Diem brengsek!" kata si Tato.

Kemudian ia menyeret Diah ke depan kamar mandi, dan ia meletakan kedua tangan Diah pada kusen pintu kamar mandi sehingga Diah berdiri dengan bertumpu ke depan dengan kedua tangannya. Kemudian si Tato melebarkan kaki Diah. Diah sekarang berdiri dengan kaki terbuka di depan kamar mandi, dan tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Diah untuk mencoba baju-baju yang baru dibelinya. Si Tato lalu merobek celana dalam Diah dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Diah bisa melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya si Tato sedang mengagumi dirinya.
"Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!" si Tato menampar pantat Diah yang sebelah kiri yang membuat Diah menjerit dan melompat kesakitan. Lalu tanpa menunggu lagi, si Tato melepaskan celananya dan memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Si Tato kemudian menyelipkan penisnya diantara kedua kaki Diah lewat belakang, untuk diperlihatkan pada Diah.
"Jangan pak. Jangan! Ampun, jangan!" Diah menoleh ke belakang dan memandangku. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Aku meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari ikatan.

Si Tato masih tidak peduli melihat Diah memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Diah, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanyah. Setelah tangan si Tato memegang pinggul Diah dan dengan satu gerakan keras bergerak maju.
"Arrgghh, jangaan! Ampuun!" Diah menjerit-jerit ketika penis si Tato mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya. Kaki Diah mengejang menahan sakit ketika penis si Tato terus menembus masuk tanpa ampun.

Si Tato mulai bergerak maju mundur memperkosa Diah dan ketika kepala Diah terjatuh lunglai kesakitan, ia menarik rambut Diah sehingga kepala Diah kembali terangkat dan Diah kembali bisa melihat dirinya disetubuhi oleh si Tato melalui cermin. Kadang-kadang si Tato menampar pantat Diah berulang kali, aku juga melihat payudara Diah yang tersentak-sentak setiap kali si Tato memasukan penisnya ke dalam vagina istriku.

Tiba-tiba si Tato mengeluarkan penisnya dari vaginanyah. Diah langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat. Tapi si Kekar terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Diah sampai ke pintu depan.
"Ahh, tolong! Tolommpphh", Teriakan Diah dibungkam oleh tangan si Kekar sementara itu si Tato mendekat dan mengikat tangan Diah menjadi satu ke depan. Setelah itu, Diah didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang si Kekar, membuka celananya dan memasukan penisnya ke mulut Diah.

"Mmpphh!", Diah berteriak, dengan penis di dalam mulutnya. Sementara itu si Kekar masih diam dan terus menggerakkan penisnya di mulut Diah. Mata Diah tertutup dan wajahnya memerah, sementara itu air mata masih meleleh turun di pipinya. Ketika itu si Tato masuk ke kamar tidur kami dan ketika kembali ia membawa salah satu ikat pinggang kulitku. Si Kekar kemudian mengeluarkan penisnya dari mulut Diah. Diah yang masih tersungkur di atas lutut dan sikunya terlihat lega. Tapi tanpa peringatan lagi, si Tato mengayunkan ikat pinggang ke pantat Diah.
"Aduuh. Sakiit! Ampuun! Jangan, pak, sakit!", si Tato terus memukuli pantat Diah, sementara Diah berusaha merangkak menjauh, dan berusaha berdiri. Akhirnya Diah sampai ke sofa dan berusaha berdiri. si Tato berhenti memukul dan langsung berlutut di belakang Diah dan meremas pantat Diah.
"Jangan bergerak!" anacam si Tato.


Diah sekarang bersandar pada sofa. Payudaranya tertindih badannya di sofa, sementara ia berlutut di lantai.
"Ampun pak! Lepaskan saya pak! Sakit pak! Ampun!".
"Diem!" bentak si Tato. si Tato membuka belahan pantat Diah dan meraba-raba liang anusnya. "Ap, apa, mau kalian.".
"Siap, siap sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus ini!".

Diah memandangku dengan ketakutan, kemudian ia menoleh ke si Tato yang ada di belakangnya. Wajahnya mulai memucat.
"Jangan! Jangan pak. Saya nggak mau diperkosa di situ pak! Ampun!".
"Well, gue tetep mau peduli lo mau apa nggak!" si Tato menarik tubuh Diah hingga ia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian ia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnyah.

Kemudian ia membuka belahan pantat Diah lebar-lebar. "Ampun, jangan! Sakit! Ampun pak, ampun! aakkhh" si Tato mulai mendorong masuk, terus masuk sementara Diah mejerit-jerit minta ampun. Diah meronta-ronta tak berdaya, hanya semakin menambah gairah si Tato untuk terus mendorong masuk. Diah terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis si Tato masuk ke anusnya.
"Ampun! Sakit sekali! Ampun!" jerit Diah, ketika si Tato mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnyah.
"Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!" kata si Tato sambil memandang mataku.
"Lo udah pernah nyoba pantat istri lo belon? Bener-bener kualitas nomer satu!".
Tangisan Diah maskin keras. "Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit pak, ampun!" si Tato menampar pantatnya.
"Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!"

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan. Sebelum Diah sempat berteriak, tangan si Tato sudah menutup mulutnya dan ia mendorong penisnya masuk ke anusnyah. Si Kekar kemudian menuju ke ruang depan yang gelap, ketika pintu depan terbuka.
"Di? Ini gue! Kok pintu lo nggak dikunci sih?"
Santi! Sahabat Diah. "Ntar kalo ada ma.. Aahh!" si Kekar sudah menerkam dan memeluk tubuh Santi dari belakang. Terdengar Santi berontak dan meronta-ronta. Tapi tak lama kemudian Santi masuk dipegangi oleh si Kekar dengan kedua tangan terikat ke depan.

Untuk pertama kalinya si Kekar berkata, "Yang ini punya gue." Santi mempunyai tubuh lebih kurus dan lebih tinggi. Buah dadanya tidak sebesar Diah tapi tidak mengurangi kecantikan dan keindahan tubuhnya. Sementara itu si Tato kembali menyetubuhi Diah lewat pantatnya, sementara si Kekar mulai melucuti pakaian Santi.
"Lepasin! Jangan! Diah, kamu kenapa?" Santi berteriak ketika si Kekar menarik BH-nya hingga lepas dan mulai menarik celana jeansnya.
"Jangan! Lepasin Santi, jangan! Kalian perkosa saja saya. Jangan ganggu Santi! Jangan!" si Tato langsung memasukan penisnya keras-keras.
"Jangan banyak omong! Kita mau lo berdua!" Kemudian ia kembali bergerak dengan brutal dan keras.

Si Kekar berhasil menelanjangi Santi, sementara Santi dengan kedua tangan terikat, berusaha menutupi payudaranya. Si Tato kemudian menarik penisnya keluar dari anusnyah, membuat Diah tersungkur lemas kesakitan di lantai. Kemudian ia membantu si Kekar meringkus Santi.
"Lo mau pake pantatnya juga?" tanya si Tato.
"Tentu dong!"
"Oke"

Kemudian mereka mendorong Santi hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya di hadapanku. Kemudian si Tato menyeret tubuh Diah dan membaringkannya di sebelah Santi. Sekarang mereka berdua berada dalam posisi merangkak tepat di hadapanku. Si Kekar dan si Tato mulai membandingkan antara Diah dan Santi.
"Wow, liat mereka! Beda tapi oke semua!".
"Lo pilih yang mana? Yang dada besar atau yang pantatnya kenceng?" tanya si Kekar.
"Gue pikir tadi lo bilang yang pantatnya kenceng punya lo!" jawab si Tato.
"Iya, tapi gue lagi baek nih!".
"Gue ambil yang dadanya gede aja. Pantatnya lebih bunder." jawab si Tato sambil menunjuk Diah.
"Oke kalo gitu yang pantatnya kenceng buat gue!"

Akhirnya mereka berdua berlutut di belakang mereka. Si Tato di belakang Diah dan si Kekar di belakang Santi. Mereka menempelkan kepala kejantanannya ke liang dubur Diah, serta membuka belahan pantat Diah dan Santi. Dan bersamaan dengan mulai mendorong masuk ke dubur mereka berdua yang telah menganga dengan lebar.
"Ampun! Jangan lagi! Sakit! Jangan disitu lagi!", Diah menjerit ketika penis si Tato mulai masuk lagi ke anusnya.
"Aduuhh, sakiit. Diah toloong!" Santi menjerit lebih keras lagi, ketika anusnya yang kecil dimasuki oleh penis si Kekar.
"Diem semua! Dasar cewek murahan!" bentak si Kekar.
Si Tato terus bergerak maju mundur sambil mengerang nikmat. "Wah, gue bener kagum sama pantat istri lo ini!"

Aku tak berdaya melihat kedua wanita itu mengerang dan menjerit diperkosa oleh mereka. Kulihat tangan si Kekar meraih payudara Santi yang kecil tapi padat dan meremasnya keras-keras. Kemudian ia menariknya tanpa kasihan. Jeritan Santi kembali terdengar. Melengking.
TAMAT

Maen Bareng







Waktu itu gue masih duduk di kelas 1 SMA di Jakarta. Gue punya sobat baik namanya Andre. Badannya atletis banget deh, soalnya hobinya maen basket. Andre ini ngecengin pacar gue, Nia. Tapi gue nggak nyangka kalo Nia juga menyambut perhatiannya. Gini ceritanya.
Suatu sore waktu gue main ke rumah Nia, seperti biasa gue langsung disambut ama pembantunya. Si Bibi bilang Neng Nia ada di kamarnya. Langsung aja gue nyelonong ke kamarnya. Tapi betapa kagetnya gue, waktu gue buka pintu, gue liat Nia lagi naked en yang lebih bikin gue kaget, dia lagi ML (making love) ama Andre.

Tapi anehnya begitu ngeliat badan Andre yang atletis itu, kontol gue langsung ereksi. Apalagi liat pantatnya yang bulet dan kenceng itu naik turun di atas memek Nia. Woow, selangit.... Awalnya mereka kaget banget mengetahui kedatangan gue. Apalagi Nia.

"Eh, Bobby, kapan datengnya ?" tanyanya salah tingkah karena kepergok.

"Hai Bob..." sapa Andre, juga salah tingkah.

"Oh jadi gini kelakuan elo berdua di belakang gue ? Gue nggak nyangka elo berdua segitu bejatnya..." Tapi sambil ngomong gitu mata gue nggak pernah lepas ngeliatin kontol Andre yang panjang dan gede itu. Oh, betapa nikmatnya kalo gue isep itu kontol...

"Udah tanggung kan, sekalian aja elo berdua terusin perbuatan maksiat itu"

"Eeehh, tapi..." kata Nia ragu-ragu. "Bener nih Bob, elo nggak marah ?"
"Marah ? Malah gue pengen ikutan nimbrung..."

Gue langsung buka semua pakaian gue, dan tanpa basa basi gue tubruk pantat Andre yang seksi itu dan gue remas-remas. Nia kaget banget dengan perbuatan gue. Apalagi Andre. Tapi keliatannya dia juga ngerasa enak.

Akhirnya Andre kembali lagi ngerojok-rojok memek Nia, sementara itu gue masih remas-remas pantatnya. Terus gue masukin kontol gue ke pantat Andre. Badan kita bertiga bergoyang seirama, penuh kenikmatan menuju orgasme.

Pas gue dan Andre mau orgasme, gue cabut kontol gue, Andre juga nyabut kontolnya, dan kita berdua ngocok kontol di depan mulut Nia. Creett...creettt... gue dan Andre sama-sama orgasme di mulut Nia, kemudian dengan mulut penuh air mani, kita ciuman bertiga. Nia ngebagi cairan sorga itu ke gue dan Andre. Selangit deh rasanya.

Sejak saat itu kita sering ML bertiga.....
TAMAT

Fanny








Sekarang Fanny sudah masuk sekolah. Memang sih dia baru play group, tapi selama dianya senang� aku dan Mas Tino nggak masalah. Selain di rumah sudah nggak ada pembantu, tugasku semakin banyak dengan mengantar-jemput Fanny ke sekolahnya� belum lagi harus melayani Mas Tino (dan juga �suami-suami�ku yang lain). Pokoknya mulai saat ini, aku sibuk sekali.

Sudah dua hari ini, aku harus menjemput Fanny dengan menggunakan taksi. Mobilku lagi ada di bengkel, tapi nggak apa-apa. Sewaktu sedang menunggu Fanny keluar sekolah, aku melihat-lihat sekeliling� halaman sekolah dipenuhi ibu-ibu muda yang juga sedang menunggu anak-anaknya. Tapi aku males banget bila harus bersosialisasi dengan mereka. Aku terus melihat-lihat, sampai akhirnya pandanganku tertumbuk pada seorang pria, yang keberadaannya sangat aneh sekali. Maksudku, kebanyakan yang ada di sini adalah ibu-ibu. Kenapa ada bapak-bapak disini?
Yaaa�. Kalau diperhatiin, bapak yang satu ini sih cukup masuk dalam  Sedang asik-asiknya
Jkriteriaku. Tinggi, putih dan mmhh� ganteng juga  ngeliatin si bapak itu, tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Waahhh�. Sebentar lagi, halaman ini akan dipenuhi anak-anak kecil yang berlarian mencari ibunya. Berarti aku harus siap-siap�.

Benar saja, tak lama kemudian, halaman ini penuh dan berisik sekali. Aku mendongakkan kepalaku untuk mencari Fanny. Tapi nggak lama� Fanny datang menghampiriku. Dia berlari ke arahku� �Mami�� teriaknya lucu. Dia berdua dengan temannya, anak laki-laki kecil yang lucu banget tampangnya.
�Halo sayang�� kataku, �ini siapa?�
�Namanya Haikal, mami!� jawab Fanny, �Haikal ini teman aku�
�Halo Haikal� kamu nunggu mami kamu juga ya?� tanyaku pada Haikal.
�Nggak tante� aku nunggu Ayah. Soalnya mami lagi pergi� 1 minggu!� katanya tegas tapi lucu, sambil mengacungkan 1 jarinya.
�Ooo� Ayahnya sudah datang?� tanyaku lagi.
�Sudah� itu� jawab Haikal sambil menunjuk sosok pria yang sedang setengah berlari menghampiri kami. Ternyata, cowok ganteng yang dari tadi aku liatin adalah Ayahnya Haikal.

�Halo� ibunya Fanny ya?� katanya membuka pembicaraan.
�Oo.. tahu Fanny ya?� kataku.
�Iya� Haikal sering cerita tentang Fanny. Rupanya mereka teman akrab!� katanya lagi, �O iya� namanya siapa?� tanya ayah Haikal, �Saya Fachri!� sahutnya.
�Eh� mmhh� Mia!� jawabku.
�Mia sama Fanny mau langsung pulang?� tanya Fachri.
�Mmmh� iya sih. Kenapa memangnya?� jawabku.
�Nggak papa. Cuma mau ngajak makan siang bareng aja. Gimana? Mau ikut?�
�Terserah Fanny� kalau dia mau, aku sih ikut aja!� jawabku.
Lalu Fachri bertanya ke Fanny, �Fanny mau ikut Om makan dulu nggak. Sama Haikal?�
�Mau.. tapi mami ikut!� jawab Fanny lucu.
Tanpa banyak bicara lagi, akhirnya kami berempat (dengan menggunakan mobil Fachri) meluncur ke arah Kemang untuk makan siang.
Sambil makan, Fachri bercerita banyak tentang kehidupan rumah tangganya. Menurutku, keluarga Fachri termasuk keluarga harmonis, walaupun pekerjaan istrinya banyak menyita waktu, namun pada dasarnya, mereka cukup harmonis.
Yaa� aku mencoba membandingkannya dengan keluargaku sendiri, walaupun Tino sibuk dengan pekerjaannya (dan aku sibuk dengan orang-orang yang mengerjai), pada dasarnya, kami pun cukup harmonis (selama Tino tidak ). Cukup lama juga kami di Kemang,
Jtahu dengan ulah istrinya ini  sebelum akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Fachri mengantarkan aku dan Fanny sampai di rumah. Setelah ngobrol sebentar dan tukeran no telf (rumah dan hp), Fachri dan Haikal pun pulang.

Sekitar jam 9 malam, suamiku sampai dirumah. Saat itu, aku sedang membaca novel yang baru aku beli kemarin. Setelah selesai mandi, suamiku langsung berbaring di tempat tidur.
�Kamu nggak makan, mas?� tanyaku.
�Mmh� tadi sudah. Aku sama Andre makan di kantor. Aduh� Mi� pekerjaanku makin lama makin menumpuk. Btw, besok aku lembur dan paginya aku harus langsung ke Menado.� Kata suamiku.
�Loh? Terus kalo besok lembur, malamnya kamu pulang?� tanyaku lagi.
�Enaknya sih aku nginap di kantor ya�. Ya udah deh, kamu tolong siapin baju-bajuku aja ya��
�Berapa lama di Manado, mas?�
�Kurang lebih 1 minggu�.!�
Wow� lama sekali, pikirku. Berarti kesempatanku untuk berpetualang, di mulai lagi. Tapi sama siapa ya? Alex� Sekarang dia tinggal di Semarang ; Andre� dia pergi ke Manado ; Vito� mmh.. suasana hubunganku dengan dia lagi nggak enak� yaahh� liat aja deh besok-besok.

Keesokan harinya, Tino berangkat sekitar jam 5 pagi� ke kantor, lembur & menginap di kantor dan esoknya langsung ke Menado. Setelah Tino berangkat, akupun langsung menyiapkan baju dan sarapan untuk Fanny yang mau berangkat sekolah. Sekitar jam 6an, hp ku berbunyi� ternyata Fachri.
�Pagi Mia�� kata suara ramah di seberang sana.
�Pagi Fachri� kok telfonnya pagi bener?�
�Mmh� nggak papa kan?�
�Ya.. nggak papa sih� Cuma heran aja, kok pagi-pagi telfon. Gimana Haikal, dah siap berangkat sekolah belum?�
�Sudah sih.. karena nggak ada ibunya, makanya aku bangun pagi-pagi untuk nyiapin semuanya� uuhh� capek juga ya?�
�Waahh� contoh ayah teladan! Sekarang lagi ngapain?�
�Siapa? Haikal apa aku?�
�Kamu!�
�Oo� lagi ganti baju.. mau nganterin Ikal. Kamu sendiri?�
�Aku juga lagi ganti baju� habis mandi! Sekarang lagi pake celana dalam! Kenapa emangnya? Mau bantuin?�
�Bantuin apa? Bantuin kamu pake cd? Mmmhh�. Mau banget!� Kata Fachri sembari tertawa kecil.
�Uuu� maunya!!�
�Eh� Mi� nanti mau bareng nganter Fanny ke sekolahan nggak? Kalo mau, nanti aku mampir dulu ke situ. Gimana?�
�Ya udah� lagian mobilku juga belum selesai servis. Masih di bengkel. Jam berapa mau dateng?�

�Mmhh� kalo kamu masih bertahan pake cd aja, aku pasti cepet datengnya!� goda Fachri.
�Dasar kamu tuh� pagi-pagi udah iseng��
�Ya udah� gimana? Masih bertahan nggak?�
�Ntar dulu deh� perjalananmu ke sini kan kurang lebih � jam� kalo� kamu bisa sampai disini dalam 20 menit, pas buka pintu, aku pasti masih pake kimono mandi. Gimana?�
�Tapi pake cd?�
�Ya� iyalah�.�
�Mmmhh� gak usah deh�!�
�Terus aku bugil?�
�Iya!�
�Topless aja ya�.�
�Mmmhhh�. Ok!�
�20 menit ya�.!!!�
�OK!�
Sambil senyum-senyum, akupun memutuskan hubungan telfon dengan Fachri. Dalam hati aku berkata. �Thanks God� akhirnya bisa ngewe juga. Sama cowok Arab lagi� Wah, enak banget kali ya, pagi-pagi di genjot kontol Arab?! Beruntung banget sih kamu�!� sambil mengelus memekku sendiri.

Setelah itu, aku membantu Fanny ganti baju hanya dengan memakai g-string tipis tembus pandangku yang berwarna senada dengan kulit tubuhku. Sementara diatas, aku membiarkan toket besarku yang indah ini menggantung bebas. Tentu saja Fanny bertanya dengan heran�
�Kok mami belum pakai baju�. Kan sebentar lagi aku berangkat sekolah��
�Iya� iya� tapi nanti kita dijemput sama Om Fachri. Nanti Om Fachri ke sini dulu! Nyamper kita�
�Sama Haikal?�
�Ya� iya� sama Haikal. Kan mau sekolah juga�
�Tapi mami kok belum pakai baju? Nanti kalau Om Fachri dateng, gimana? Emang mami nggak malu, ininya keliatan?� Kata Fanny sambil memegang toketku.
Aku mau menjelaskan ke Fanny soal perjanjianku dengan Fachri, tapi daripada sudah berpanjang lebar Fannynya nggak ngerti juga, akhirnya aku jawab aja sekenanya..
�Mami belum pakai baju, soalnya mami nanti mungkin mau di pakai sama Om Fachri.�
�Di pakai gimana?�
�Ya� memeknya mami mau dipakai sama kontolnya Om Fachri��
�Oo� mau gituan dulu ya��
�Gituan apa?�
�Ya.. yang kayak waktu sama Om Vito, sama Om Alex itu maam�.� Kata Fanny lucu.
�Ooo� iya� kayak gitu. Tapi jangan bilang-bilang ke Om Fachri soal Om Vito, Om Alex, Om Andre�. Ya? Soalnya Om Fachri kan ada keturunan Arabnya. Kata Tante Keke, orang Arab kontolnya gede-gede. Mami mau nyobain. Makanya jangan cerita2 soal papi-papi mu yang lain itu ya?�
�Iya!� sahut Fanny, �tapi nanti aku sama Haikal ngapain?�
�Ya� kamu sama Haikal ngeliat mami aja!�
�Nggak boleh ikut gituan juga?�

Aku tertawa mendengar perkataan Fanny, �Ya nggak boleh� besok kalo Fanny sudah besar, Fanny boleh deh begituan!�
�Kalo gituan, namanya apa sih mam?�
�Mmhh� namanya banyak. Ada yang bilang ngewe, ngentot, ML�. pokoknya banyak deh�!�
Kami terus ngobrol sampai akhirnya aku mendengar pintu pagar ada yang membuka. Aku tahu itu Fachri� spontan aku lihat jam� wow� Cuma 15 menit lebih sedikit. Sambil berjalan ke depan, aku berfikir akan memberikan Fachri bonus. Sebelum membuka pintu, aku melepas kain peradaban terakhir yang menutupi memek sempitku ini dan melemparnya asal ke arah sofa. Sambil masih mengenakan kimono mandi, aku membukakan pintu.
�Kok cepet datengnya?� tanyaku ke Fachri sambil menggandeng tangannya.
�Gimana nggak cepet? Orang ditawarin ngeliat toket� pagi2 lagi!�
�Diih� siapa yang bilang mau ngeliatin toket?� tanyaku genit.
�Ooo� nggak mau nepatin janji?�
�Kan aku bilang, kalo� kamu datengnya cepet, aku masih pake kimono tapi nggak pake BH� gitu doang kok��
�Yaahh� terus aku nggak boleh liat?� tanya Fachri sedikit kecewa.
�Emangnya kalo sudah liat, mau diapain?�
�Toketmu?�
�Iyalah��
�Mau aku remes2!!!�
Nggak boleh�� kataku sambil berlari kecil setelah sebelumnya meremas batangan pria keturunan Arab ini.
Merasa barangnya diremas tanpa izin, Fachri langsung lari mengejarku.

�Aaachh� jangan! Tolong!� teriakku sambil tertawa, ketika Fachri berhasil menangkapku. Lalu aku dipeluknya dari belakang. Aku pura2 meronta-ronta. Tapi tanganku aku lingkarkan ke belakang lehernya. Dan dengan begitu, aku memasrahkan tangannya yang kekar berbulu itu, merangsak masuk ke balik kimonoku dan meremas dengan lembut kedua toketku ini.

Tidak lama setelah itu, Fachri berhasil melepas kimonoku. Dan dia terkejut sekali melihatku bugil.
�Wow� kok kamu nggak pakai celana dalam?� tanyanya.
�Bonus!� jawabku singkat.
�Bonus apa?� tanyanya lagi.
�Bonus karena kamu sampai disini kurang dari 20 menit!�
�Mmh� kalo� tadi aku sampainya Cuma 10 menit, bonusnya apa?�
�Aku suruh Fanny yang buka pintu.�
�Lho? Terus kamunya?�
�Bugil sambil ngangkang di tempat tidur.�
�Waah� kamu nggak bilang sih tadi. Kalo� tau gitu kan, aku ngebut aja kesininya!� kata Fachri dengan nada kecewa.
�Tapi nggak papa kok. Biarpun kamu nggak 10 menit sampai sini, aku tetep mau kok kamu suruh ngangkang.�
�Kenapa emangnya?�
�Aku pingin ngerasain kontol Arab!�
�Dasar kamu!!!!!�



Kemudian, Fachri mulai menciumi bibirku. Dan aku dibopong ke arah sofa. Setelah sampai di sofa, Fachri duduk dan mulai melucuti sendiri celananya. Ternyata tubuh Fachri tuh bagus banget. Tegap, dadanya berbulu daaannn� kontolnya gede banget! Padahal itu aja baru setengah bangun. Sebelum mulai mengisap kontolnya, aku menyuruh Fanny menutup pintu depan yang masih terbuka.
Setelah Fanny menutup pintu, dia dan Haikal duduk di dekat ku dan Fachri.
�Mi�� kata Fachri, �anak2 gimana nih?�
�Gimana apanya?�
�Mereka disini ngeliatin kita.�
�Nggak papa� biar ngerti� kataku asal.
Fachri hanya senyum-senyum saja mendengar jawabanku. Sementara aku melanjutkan �kerjaanku�. Menikmati kontol arab satu ini sambil menggosok kelentitku sendiri.

Setelah selesai dengan kontolnya, aku berdiri di sofa dan membungkam mulut Fachri dengan memekku. Lidahnya mulai menari-nari diantara belahan memekku, dia menghisap dan menjilati kelentitku, sambil memainkan jarinya didalam lubang itilku. Cairan pelumasku keluar banyak sekali, sehingga memekku banjir. Menyikapi hal ini, Fachri segera membibimbing tubuhku untuk duduk di pangkuannya. Perlahan-lahan, batangan kerasnya mulai memasuki liang sempit yang seharusnya milik suamiku. Aku mulai mengoyang pinggulku untuk perlahan membiasakan diri dengan barang baru ini. Tapi, nafsuku tak bisa ku bendung lagi. Aku makin mempercepat gerakanku. Pada saat yang bersamaan, Fachri meremas kedua belah pantatku sambil menusukkan batangan kerasnya itu bertubi-tubi. Eranganku makin keras ketika bapak ini menghujamkan kontolnya kedalam memekku dan mendiamkannya saja disana, bukan apa-apa� semua urat yang mengeras didalam penisnya berdenyut dengan kencang sekali. Memekku merasakan sensasi yang belum pernah dirasakannya sama sekali.
�Ssshhh� Yang� kok berhenti?� tanyaku.
�Mmmhh� enak kan tapinya?�
�Iya�. Oohh�.! Yang� aku basah banget ya�.???�
�Nggak papa�. Kamu dah mau dapet belum?�
�Kayaknya� sshhh� dikit lagi� kenapa?�

Tapi Fachri tidak menjawab. Dia malah dengan tiba2 kembali menghujamkan batangannya itu. Kontan saja aku berteriak keenakkan� Aku tak tahu berapa lama Fachri menggenjot memekku, tapi yang jelas entah kenapa orgasmeku cepat sekali datangnya.
�Yang� uuuhhh� aku mau keluar�.!!!�
Benar saja, tak lama setelah itu aku merasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat sekali. Tapi Fachri tetap tidak berhenti. Dia terus menggenjot memekku dari bawah. Makin keras hujamannya, makin kencang aku memeluk tubuh bapak ini. Wajah ganteng Fachri makin lama makin terbenam ke dalam kedua belah buah dadaku.

Kemudian, Fachri menghentikan serangannya sebentar untuk berdiri dan menggendongku. Sambil berjalan, Fachri mengangkat tubuhku dengan topangan tangannya di kedua belah pantatku, sementara aku mencoba untuk tetap memanjakan kontolnya dengan membuat gerakan naik turun. Tapi dia tidak jauh membawaku. Dia membaringkan aku di sofa tempat Fanny dan Haikal duduk.


�Ical minggir dulu� Ayah lagi sibuk main kuda-kudaan sama tante Mia!� perintah Fachri kepada Haikal.
�Fanny juga minggir dulu ya�� kataku pada Fanny, �Kamu sama Haikal duduk di bawah aja dulu ya��
Lalu mereka pindah tempat ke lantai sambil tetap menyaksikan pertarungan alat kelamin milik ayah dan maminya.
Dengan posisi terlentang seperti ini, tentu saja memekku makin terlihat merekah. Ditambah dengan kedua kakiku yang aku buka lebar-lebar untuk memudahkan Fachri memasukkan kontolnya. Sambil mengocok batangannya sendiri, Fachri tersenyum dan berkata�
�Sumpah, Mi� memekmu enak bener!�
�Aahh.. kamu tuh� bisa aja! Kontolmu juga enak kok! Ayo� masukkin lagi� !�
Lalu Fachri kembali memasukkan kontol arabnya ke dalam memek lokalku. Sumpah� pergesekkan perlahan yang dibuat kontol Fachri kepada liang memekku, membawa sensasi kenikmatan yang cukup membuat nafsuku kembali memuncak. Sambil memegang kedua kakiku, Fachri kembali membuat penetrasi yang sangat hebat sekali. Mulai dari gerakan maju mundur perlahan sampai gerakan yang cepat sekali. Tiba-tiba, Fachri kembali menusuk dengan kencang memekku dan kembali diam tak bergerak. Sialan� rupanya ini jurus andalannya. Orgasmeku kembali terasa lagi ingin datang untuk yang kedua kalinya.
�Ooohh� ssshhh�. Kamu hebat banget ssiihh�. Aku mau dapet lagi!� desahku.
Tapi Fachri tetap tidak menjawab, dia malah membuat gerakan menusuk yang simultan namun gerakannya pendek-pendek, sehingga serasa seperti memompa orgasmeku. Tak lama kemudian, erangan dan desahan kenikmatanku kembali terdengar. Aku dapet lagi� Ketika kenikmatan ini sampai pada puncaknya, tiba-tiba Fachri menusukkan dalam-dalam kontolnya. Lalu terasa ada cairan yang mengalir didalam liang memekku. Lengket, kental dan kayaknya banyak sekali.

Setelah semua pejunya ditumpahkan kedalam memekku, Fachri mengeluarkan kontolnya dan menyuruhku menghisapnya. Dia duduk bersandar kelelahan di sofa, sementara kakinya dia buka lebar-lebar. Wow� kontol yang masih menegang itu terlihat mengkilat karena basah oleh cairan kenikmatan kami berdua. Langsung aku duduk di bawahnya dan mengocok batang besar itu sambil menghisap dan menjilatinya� sampai bersih. Setelah itu kami ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami. Sambil masih telanjang bulat, kami kembali ke ruang tamu untuk bergabung dengan kedua anak kami.
�Fan�� kataku pada Fanny, �hari ini kamu nggak usah masuk sekolah dulu ya?�
�Kenapa?� tanya Fanny.
�Om Fachri sama mami mau ngewe seharian�!�
�Mi� emang Fanny tau ngewe? Kok kamu ngomongnya gitu�?� tanya Fachri bingung.
�Sayang� Fanny udah pernah aku kasih tahu soal apa itu ngewe, ngentot, ML�. tinggal pilih!
�Oo�.! Berarti seharian kita ngentot nih?� tanya Fachri lagi.
�Terserah kamu�� jawabku, �Kalo aku sih maunya gitu!�
�OK!�
�Berarti� hari ini kita� telanjang bulat!� kataku pada Fanny.
�Haikal juga telanjang, mam?� tanya Fanny.
�Tanyanya sama Om Fachri dong, Fan!� lalu aku bertanya pada Fachri, �Gimana yang� anakmu kita telanjangi juga nggak?�
�Ya sudah�.�



Akhirnya seharian itu kami berempat telanjang bulat di rumahku. Aku, Fachri, Fanny dan Haikal. Betapa lucunya Fanny ketika ia membandingkan kontol Fachri dengan batangan imut milik Haikal.
�Kok punya Om Fachri gede banget mam?� tanya Fanny.
�Soalnya supaya muat di memeknya mami!� Jawabku singkat.
�Tante�� kata Haikal, �memek apaan sih?�
Tapi yang menjawab ayahnya sendiri. Sambil mengelus memekku, Fachri berkata�
�Ini yang namanya memek, Cal! Memeknya Tante Mia enak banget deh� coba kamu cium memeknya Tante Mia, pasti wangi banget baunya!�
Mendengar hal ini, aku segera menyodorkan memekku pada Haikal, �Cium Cal!� Lalu anak kecil ini mencium memekku. Belum selesai Haikal menciumi memekku, Fachri menyuruh anak laki-lakinya itu menjilat memekku. Jilatan Haikal memang nggak berpengaruh banyak, tapi geli2nya cukup bikin kaget juga, maklum� lidahnya anak kecil! Lalu aku juga menyuruh Fanny mengocok kontol Fachri dan mengajarkan untuk mengulumnya. Fachri tertawa kecil ketika ia melirikku� �Eksperimen nih?� Aku menjawab dengan mengecup bibirnya. �Sekali2 gak papa kan? Mumpung ada moment�� kataku.

Sekitar jam � 12 siang, HP Fachri berbunyi. Rupanya istrinya menelfon menanyakan kabarnya dan Haikal. Setelah selesai, Fachri menutup telfonnya. Saat itu, ia sedang memangku Fanny di sofa sambil mengelus-elus memek mungilnya. Fanny hanya diam walaupun kadang2 seperti kegelian. Sementara aku memangku Haikal sambil memainkan kontol kecilnya. Setelah tegang, aku mengocok kontol kecil itu dengan dua jariku. Tapi itu nggak lama, soalnya sekarang jam makan siang. Fachri mengajak aku untuk makan. Sekitar jam � 2, Fanny dan Haikal tidur siang berdua di kamarnya Fanny, sambil masih tetap telanjang bulat. Aku dan Fachri berdiri didepan pintu kamar sambil memperhatikan mereka. Fachri memeluk tubuhku dari belakang sambil tangan kanannya meremas toketku dan tangan kirinya mengelus memekku. Sementara tangan kiriku aku lingkarkan ke belakang lehernya dan tangan kananku menyelinap untuk menggenggam dan meremas kontolnya.
�Mi� hari ini aku seneng banget!� kata Fachri.
�Kenapa?�
�Bisa nyobain memekmu! Kamu?�
�Aku apalagi! Bisa nyobain kontol arab. Yang gede dan yang kecil�
Aku dan Fachri tertawa kecil.
�Sekarang kita ngapain?� tanya Fachri.
�Terserah!� jawabku, �ngapain aja aku mau� yang penting enak!�
�Yang enak yaa�.�
�NGEWE!� potongku sambil meremas batang besar Fachri.
�Astaghfirullah!!!� sahut Fahri terkejut�
�Kenapa?�
�Kaget aku!� Sahutnya lagi, �Mi� aku mau tanya boleh nggak?�
�Apa sayang?� kataku sambil memutarkan tubuhku untuk berhadapan dengan Fachri sambil melingkarkan tanganku ke belakang lehernya.
�Kamu seneng banget ngentot ya?� tanyanya lagi.
�Mmhh� kalo iya kenapa?�
�Gak papa� Cuma heran aja!�
�Heran kenapa?�
�Mmmhh� aku tahu, aku pasti bukan laki-laki satu-satunya yang kamu jadikan petualanganmu. Iya kan?�
�Iya� terus?�
�Mmhh� suamimu tahu gak sih?�
�Ya � nggak lah.. kenapa emangnya?�
�Gak papa� Cuma pengen tahu aja reaksi suamimu kalo misalnya tiba2 pas dia pulang kantor, ada aku atau siapa lah� yang jelas-jelas habis ngacak-ngacak memek istrinya.�
�Mmhh.. aku nggak tahu gimana reaksinya. Tapi�. Boleh dicoba juga tuh kapan2! Gimana? Kamu mau nyoba nggak?�
�Itu maksudku dari tadi�� sahut Fachri, �Lucu kali ya�.??�

Kami berdua lalu pergi ke ruang tamu sambil masih ngobrolin tentang berbagai spekulasi soal eksperimen tadi. Kami terus ngobrol sambil terus bercumbu, tanpa terasa sudah magrib. Sambil masih telanjang bulat, kami lalu menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, sementara dari arah kamar Fanny, aku mendengar dua anak itu sudah bangun dan mencari ayah dan maminya.

Fachri menginap malam itu. Kami mengisi malam ini dengan berfoto berempat (sambil telanjang bulat tentu saja). Kebetulan, aku punya cam digital dan handycam. Fachri memotret aku dengan berbagai macam cara dan gaya. Sampai akhirnya, dia menyuruh aku menghisap titit Haikal, sementara dia dengan senangnya merekam adegan itu dengan handycam. Sebagai gantinya, aku menyuruh dia menjilati memek mungil Fanny. Setelah selesai, kami menontonnya di TV. Fachri tertawa geli sekali ketika melihat adeganku dengan anaknya.
�Liat Fan� mamimu!� katanya kepada Fanny yang sedang dia pangku. Sementara tangannya tidak berhenti mengelus-elus memek anakku itu. �Mamimu itu seneng banget sih sama yang namanya kontol!�
�Aah.. kan kamu yang nyuruh?!� kataku membela diri. Sementara Haikal yang aku pangku berkata, �Tapi tadi aku kok enak yaa, Tan��
Aku dan Fachri tertawa mendengar Haikal bicara begitu.
�Makanya Cal�� kata Fachri, �ayah nggak ada bosen-bosennya disepong sama Tante Mia� soalnya hisapannya enak banget!�
Aku tersenyum kepada Fachri lalu mengecup bibirnya, �Makasih atas pujiannya ya Yang�!� Lalu berkata kepada Haikal, �kontolnya ayahmu juga enak kok Cal� makanya tante mbolehin kontolnya ayahmu ngacak-ngacak memeknya tante�.!�

Sekitar jam 11 malam, kedua anak itu tertidur. Sementara kedua orang tuanya ini, kembali saling meniduri.
TAMAT